Langsung ke konten utama

Postingan

Mengenal Alat Pantau Gunung Berapi, Seismometer & Tiltmeter 0 19 Gunung Kelud mengalami erupsi Kamis (13/4/2014) malam kemarin. Semburan lahar panas dan abu vulkanik dari Gunung Kelud merugikan banyak pihak. Namun beruntung, sejauh ini tidak ada korban jiwa langsung dari bencana meletusnya Gunung Kelud. Meski tercatat ada dua korban jiwa yang disebabkan buruknya kondisi tempat pengungsian dan 18 orang lainnya dilaporkan masih hilang, namun jumlah tersebut diperkirakan akan menjadi lebih besar jika sistem pemantauan dan peringatan dini bencana tak berjalan dengan baik. Berhasilnya sistem pemantauan dan peringatan dini bencana tak lepas dari campur tangan teknologi. Untuk memantau aktivitas sebuah gunung merapi yang aktif, ada dua perangkat yang umumnya digunakan, yaitu Seismometer dan Tiltmeter. Berikut adalah penjelasan singkat tentang keduanya. Seismometer: Seismometer adalah alat untuk mengukur gerakan tanah, termasuk gelombang seismik yang dihasilkan oleh
Postingan terbaru
Accelerometer Saat terjadi gempa bumi, seismometer yang dipasang di seluruh wilayah Indonesia akan merekam dan mencatat gelombang gempa (baca juga :  Alat Pencatat Getaran Gempa Bumi ). Terdapat lebih dari 600 seismometer yang terpasang dimana 500 buah diantaranya adalah jenis accelerometer sedangkan sisanya adalah broadband seismometer (baca :  Pengertian Seismometer ). Keseluruhan alat tersebut diklasifikasikan ke dalam sepuluh regional. Kesepuluh regional tersebut meliputi : Regional Center 1 di Medan – Sumatera Utara Regional Center 2 di Propinsi Banten Regional Center 3 di Propinsi Jawa timur Regional Center 4 di Propinsi Sulawesi selatan Regional Center 5 di Jayapura – Papua Regional Center 6 di Propinsi Sumatera barat Regional Center 7 di Daerah Istimewa Yogyakarta Regional Center 8 di Kupang – Pulau Timor Regional Center 9 di Ambon Regional Center 10 di Manado – Sulawesi utara Jarak antara satu alat dengan yang lain dalam sebuah regional yakni sekitar seratus k
GPS dan Tide Gauge BMKG juga memasang alat berupa GPS geodetik dan tide gauge di seluruh penjuru Indonesia sehingga membentuk jaringan GPS dan tide gauge.  GPS geodetik difungsikan untuk tujuan mitigasi gempa bumi (baca :  Cara Melakukan Mitigasi Gempa Bumi ). Sedangkan tide gauge bertujuan untuk mendeteksi pasang surutnya air laut pasca terjadinya gempa bumi (baca juga :  Macam- Macam Gempa Bumi ). Tide gauge memang sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui perubahan permukaan laut, baik secara mekanik maupun secara otomatis. Alat ini memiliki komponen pressure, sensor radar dan sensor pelampung. Tide gauge paling ideal dipasang di dekat titik lempeng di tengah laut yang tenang. Namun pada kenyataannya, alat ini sering dipasang di  zona laut  tenang meski tidak dekat dengan titik lempeng (baca :  Pengertian Tektonik Lempeng ). Hal itu dikarena mahalnya biaya pemasangan. Setidaknya ada sejumlah 40 GPS dan 80 tide gauge yang rencananya akan dipasang dan dikontrol oleh Bako
Buoy Buoy adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai penanda yang dipasang di laut. Pada awalnya buoy dipasang untuk aktivitas bongkar muat kapal laut. Namun, alat ini kemudian juga difungsikan untuk mengamati tsunami yang mungkin terjadi di kawasan tersebut (baca :  Ciri Ciri akan Terjadi Tsunami ). Buoy memiliki pemberat yang disebut sinker. Sinker ini terhubung dengan buoy menggunakan rantai yang panjangnya dua kali kedalaman laut yang dipasang buoy. Pada umumnya, buoy memiliki warna terang seperti warna kuning agar mudah dikenali dan tidak tertabrak oleh kapal. Indonesia melalui BPPT sudah memasang beberapa buoy di  Samudera Hindia. Pemasangan buoy ini merupakan kerjasama antara Indonesia dan Jerman. Akan tetapi ada saja buoy yang letaknya berubah akibat terbawa arus laut. Buoy tersebut terbawa arus laut karena terputusnya rantai atau sinker yang menghubungkan pemberat dengan buoy. Beberapa buoy yang ada di perairan Indonesia juga merupakan hasil kerjasama antara Indonesia deng